JAKARTA - Namanya ayam serama. Ukuran badannya cuma separuh dari ayam biasa. Bobotnya pun beberapa ons saja. Tak seperti unggas lainnya, ia bisa berdiri tegak membusungkan dada laksana tentara. Meski badannya kecil, harganya mahal luar biasa. Seekor anakan bisa beberapa juta rupiah harganya. Jika menjuarai lomba, nilanya bisa setara mobil Toyota Avanza. Di Indonesia, ayam mungil ini populer sejak dua tahun lalu. Para pencinta satwa mengimpornya dari Malaysia. Tapi sekarang banyak peternak lokal menjual ayam yang punya nama latin ini. Ada beberapa versi sejarah tentang asal-usul serama. Versi pertama mengatakan ayam mini ini sudah ada di Malaysia secara “semula jadi” (sudah ada secara alami sejak dulu). Tapi sebagian riwayat menyebutkan ayam ini hasil silangan Wee Yean Een, seorang peternak asal Kelantan, Malaysia. Mulanya ia mengawinkan ayam sutera dengan ayam kapan (ayam lokal yang berkaki panjang). Lalu anak yang dihasilkan, dikawinkan dengan dengan ayam katai Jepang. Hasil persilangan ini disilangkan kembali berkali-kali. Konon ia butuh waktu hingga sepuluh tahun untuk memperoleh galur murni ayam serama dari kawin-kawin silang itu. Lepas dari dua versi asal-usul tersebut, yang jelas ayam mungil ini bukan ayam kampung yang tiba-tiba badannya mengkeret akibat kutukan. Meski badannya kecil, serama tak sama dengan ayam katai. Ayam katai adalah ayam biasa yang badannya cebol dan biasanya berkaki pendek. Adapun serama, meski badannya kecil, ia bukan ayam cebol. Semua ukuran anatomi tubuhnya proporsional seperti ayam biasa. Sepadan dengan badannya, telur serama juga imut-imut. Lebih besar dari telur puyuh, tapi lebih kecil dari telur ayam kampung. Karena ukurannya yang mungil, ayam serama dijuluki sebagai ayam hias paling imut. Tinggi badan serama dewasa hanya sekitar 15 – 25 cm. Bobot badannya hanya beberapa ons, tak lebih dari setengah kilogram. Angka ini separuh dari bobot ayam katai yang umumnya sekitar 8 ons hingga 1 kg. Di Malaysia, ayam ini merupakan salah satu satwa andalan negara. Ia tak kalah populer dibandingkan Siti Nurhaliza. Saking kondangnya, gambar ayam serama dipakai sebagai gambar perangko. Keunikan serama bukan hanya karena ukuran badannya yang mini. Ia satwa yang imut, kenes, dan menggemaskan, tapi juga bisa tampak gagah dan angkuh. Jika ayam kampung berdiri dengan kepala menjulur ke depan, serama bisa berdiri tegak dan gagah seperti manusia. Kepalanya bisa sejajar dengan kedua kakinya. Jika sedang berdiri tegap, ia mirip prajurit yang siap tempur. Bentuk sayap serama juga berbeda dengan sayap ayam kampung. Saat berdiri, sayap ayam kampung biasanya menempel di badan. Sedangkan sayap serama menggelantung ke bawah. Seperti tangan perwira yang sedang latihan baris-berbaris. Helai bulu sayapnya yang menjuntai tampak seperti pedang yang menggelantung. Tak cuma itu, ia pun bisa membusungkan dada layaknya binaragawan yang sedang beraksi di atas panggung. Jika dadanya sedang membusung, postur badannya menyerupai huruf “S”. Buntutnya bisa tegak mengembang. Jika sedang mengembang, helaian bulu ekornya tampak elegan menyerupai lengkung pedang. Tanpa perlu melakukan akrobat, bulu ekornya bisa menyentuh jengger saat ia berdiri tegak. Lebih unik lagi, permukaan dadanya bahkan bisa dinaiki oleh anaknya yang masih kecil sementara kepalanya mendongak ke atas. Meski badannya kecil, nyali ayam serama tak ikut kerdil. Sekalipun bukan ayam petarung, jika bertemu dengan ayam jenis lain yang badannya lebih gede, serama jantan tak takut untuk menantang. Seperti pejantan ayam kampung, serama pun berani menerjang meskipun ukuran tubuhnya tak sebanding dengan lawannya. Jika bertemu ayam kampung betina, serama jantan juga bisa menyorong-nyorongkan badannya pertanda berahi. Selain bernyali, pejantan serama juga tergolong hebat dalam urusan kawin. Pada umur dua bulan, ia sudah berani si betina meskipun tidak sampai terjadi penetrasi. Hanya saja, daya tetas telur tergolong rendah ketimbang daya tetas ayam kampung. Angka kematian embrio telurnya terbilang tinggi. “Bisa menetas 50 persen saja sudah bagus,” kata Jerry Hermawan Lo, penggemar sekaligus peternak serama dari Jakarta. Selain imut, serama juga jinak dan senang diajak bercanda. Meski bisa tampil angkuh, serama terbilang ayam yang baik hati. Tidak seperti ayam kampung yang menghindar jika didekati, serama bisa berakrab-akrab dengan pemiliknya. Ia senang dielus-elus seperti kucing atau anjing rumahan. Buat majikan yang sedang dilanda banyak masalah, ayam ini cocok dijadikan sebagai penawar stres. “Menggembirakan hati pemiliknya,” kata orang Malaysia. Sebagai ayam hias, serama dipeliara karena keelokan rupa dan gayanya di atas panggung. Bukan keindahan suaranya seperti ayam bekisar, atau kemampuannya bertarung seperti ayam bangkok. Suara kokoknya kecil dan cempreng, jauh dari kesan gagah. Mirip manusia, serama juga perlu perawatan agar bisa tampil cantik. Merawat serama tak boleh serampangan. Meski tak sampai perlu, serama perlu mandi rutin seminggu sekali. Mandinya pun bukan asal kena air. Airnya harus dicampur dulu dengan antikutu. Setelah itu ia keramas dengan sampo bayi, berhanduk, lalu berjemur. Bulunya harus dijaga agar tak mudah rontok. Pakannya pun perlu diperhatikan, tak boleh terlalu kasar. Sejak usia satu bulan, ia harus mulai menjalani masa penggemblengan mental dan latihan bergaya. Agar bisa tampil memikat di atas (yang berupa meja segi empat), ia perlu latihan layaknya seorang peragawan atau peragawati. Di atas meja catwalk, ia berlatih mengayunkan kaki, berdiri tegak, membusungkan dada, tengok kiri, tengok kanan, bergaya, dan hilir mudik layaknya seorang peraga busana. Jika sedang beraksi, gaya berjalannya bisa sangat genit. Kaki diangkat pelan-pelan satu demi satu, menggemaskan. Tak kalah centil dari gaya lenggak-lenggok peragawati. Saat berada di atas panggung kontes, ia harus tampil percaya diri untuk bergaya. Ia juga harus cukup bersahabat sehingga tidak lari ketika dipegang juri. Juga tak boleh terlalu temperamental. Jika berada di dekat peserta kontes yang lain, ia tidak boleh mematuk atau menantang berkelahi. Sebelum beraksi di atas catwalk, serama menjalani proses timbang badan mirip petinju yang hendak naik ring. Tinggi badannya diukur. Kemolekan kaki, sayap, ekor, dada, dan jenggernya pun dinilai. Kontes serama umumnya dibagi-bagi berdasarkan jenis kelamin dan umur. Selain kelas pejantan dan dewasa, kontes juga menyediakan kategori anakan dan betina. Sama seperti pejantan, si betina pun bergaya dengan membusungkan dada. Jika kemolekan rupa dan gayanya berhasil memikat juri saat kontes, harga diri (dalam rupiah) serama dipastikan bakal naik berlipat-lipat. Umumnya harga serama juara kontes berkisar mulai dari puluhan juta hingga lebih dari seratus juta rupiah. “Serama saya yang juara pernah ditawar orang seratus juta, tapi enggak saya kasih,” kata Jerry. Jerry memberi nama jagoannya itu Dragon. Badan boleh kecil, tapi soal nama, serama juga bisa sangar dan berkharisma. Harga Dragon yang segede itu bukanlah rekor paling tinggi. Masih ada serama lain yang harganya lebih edan lagi, 150 bahkan 200 juta rupiah! Buang Kotoran di "Catwalk” Harga serama juara yang sedemikian mahal tentu bukan tanpa alasan. Pasalnya, mencetak serama juara bukan urusan gampang. Umumnya serama juara mempunyai silsilah berasal dari induk yang juga juara. Tapi hubungan ini tak berlaku sebaliknya. Bibit serama yang berasal dari induk unggul tak selalu mewarisi gen unggul. Meskipun emak bapaknya jawara kontes, tidak otomatis ia bakal menjadi jawara. Sekalipun induknya berbadan bagus, tidak otomatis anaknya pun bakal berbadan bagus. Menurut Jerry, yang juga Ketua Persatuan Pelestari Ayam Serama Indonesia (P2ASI), serama punya keunikan tersendiri dalam pola pewarisan genetik. Untuk menciptakan serama juara, Jerry mengaku masih meraba-raba. Bukan itu saja, kualitas serama juga sulit diprediksi saat ia masih anakan. Banyak serama anakan yang kelihatan bagus, tapi setelah dewasa bulunya tak beraturan atau postur tubuhnya tak lagi anggun. Tak sedikit pula serama yang waktu masih anakan suka bergaya, tapi menjadi penakut ketika dewasa. Bila tak dirawat dengan baik, kualitas bibit serama unggul bisa merosot. Selain itu, masih banyak faktor lain yang membuat serama juara tak gampang dicetak. “Problemnya sangat banyaklah,” ujar Jerry. Berbagai keunikan itulah yang membuat harga ayam hibrida ini mahal. “Kalau beternaknya gampang, mungkin harga serama akan jatuh,” beber pemilik Intan Serama Farm, peternakan serama yang terletak di daerah Pulomas, Jakarta ini. Tentu saja tak semua ayam serama harganya semahal itu. Harga serama anakan kualitas biasa berkisar di angka puluhan hingga ratusan ribu rupiah. Sedangkan serama dewasa (berumur sekitar satu tahun) biasanya bernilai jutaan rupiah. Pemilik dompet cekak pun bisa membeli ayam imut ini (dengan kualitas serama jelata) pada harga di kisaran ratusan ribu rupiah. Karena harganya yang begitu mahal, ayam serama bisa menjadi ladang bisnis yang menggiurkan. Bukan hanya sebagi klangenan untuk dielus-elus bulunya. Dengan modal sepasang induk, bisnis sudah bisa dimulai. Saat popularitas serama sedang menanjak, Jerry mengaku bisa menjual ratusan ekor dalam sebulan. Tapi sejak terjadinya wabah flu burung, kejayaan bisnis serama ikut terpukul. “Sejauh ini tidak ada serama yang terinfeksi flu burung. P2ASI juga rutin melakukan vaksinasi. Tapi bagaimanapun juga bisnis tetap kena pengaruh,” kata Jerry. Maklum saja, sekalipun serama rajin mandi dan bersampo, ia tetaplah unggas biasa seperti bebek yang tetap bisa tertular virus flu burung. Dalam urusan sopan santun pun, ia tetap sama dengan ayam kampung. Saat bergaya di atas panggung, tak jarang ia buang kotoran. Tapi karena sopan santun bukan salah satu unsur yang dinilai, aksi buang kotoran ini tidak mengurangi skornya di tangan juri. Yah, namanya juga ayam! |
Sumber:
http://www.jerryhermawan.com